terasi, cara pembuatan, trasi,super enak

Nelayan.

terasi,apa ituh terasi,mungkin ampir seluruh orang kususnya warga indonesia mengenal terasi, sebagian besar kenal dengan sambal. terasi sangat papuler dikalangan warga +62 kususnya ibu rumah tangga.
ngomong-ngomong soal terasi, masarakat indonesia sebagian besar sangat menyukai trasi, walau di jaman moderen satini bayaknya jenis makana, tetapi terasi juga ikut ngetren ji jaman ini, bayak nya pngolah trasi, menjadikan makanan moderen seperti siwang, siwang olahan dari bahan baku trasi sngat laris di pasaran, masih bisa bersang bakan masuk kategori ngetren atau viral.
trasi masih bisa mengikuti perkembangan jaman, karena bayak pengusaha yang kreatif.
apakah udah pada tau cara pembuatanya?
artikel ini menciba menjelaskan bagaymana cara pembuatan terasi.
siapkan bahan-bahanya, yatu.. 1. udang rebon atau udng kecil-kecil atau ikan kecil
2.nasi liwet
3.garam, dan gula merag
awal metode jemur udang rebon hingga setengah kering,lalu rebon digiling memkai tumbuk atau mesin enggiling,di campur nasi liwet sekitar 10% .
setelah suda gilingan tahap pertam. bahan yang udah digiling kemudian di jemur selama satu hari.
setelah pnjemuran tahap pertama lalu di giling kembali dan di kasih gula merah dan garam secukupnya. Warna terasi yang alami adalah hitam kecoklatan. Warna tersebut dapat berasal dari pigmen yang dimiliki oleh udang atau ikan. Selain pigmen heme, pada ikan maupun udang juga mengandung karotenoid, yaitu sekelompok pigmen yang memberikan warna kuning, jingga atau merah. Tunaxantin merupakan pigmen ikan laut yang karateristik, sedangkan astaxantin merupakan pigmen terpenting yang terdapat pada udang (Suprapti, 2002).
Untuk memperbaiki penampilan maka sering dilakukan penambahan bahan pewarna buatan dalam terasi. Ke dalam terasi udang sering ditambahkan warna coklat atau merah, sedangkan ke dalam terasi ikan sering ditambahkan warna kehitaman (campuan antara warna merah dan hijau). Adapun konsentrasi pewarna yang digunakan, disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk menjamin keselamatan konsumen, sebaiknya digunakan bahan pewarna yang diizinkan penggunaannya oleh pemerintah
di era sekarang terasi malah tambah rame pesanan, di karenakan banyak nya perusahan pnglolah trasi, membuat trasi mengalami lonjakan pesanan. harga terasi,ada yang mahal dan yang murah tergantung kualitas trasi ituh sendiri.
biasanya terasi buatan rumahan lebih mahal di banding trasi buatan pabrik.Selama fermentasi, protein akan terhidrolisis menjadi turunannya oleh enzim proteolitik yang terdapat dalam daging atau jeroan ikan atau oleh enzim yang dihasilkan mikroba. Penggunaan jeroan ikan menjadi penting dalam pembuatan terasi, sebab enzim yang dihasilkannya dapat memecah protein lebih baik, dibandingkan enzim pada bagian dagingnya (Suprapti, 2002).
Pemeraman atau proses fermentasi untuk terasi dapat menghasilkan aroma yang khas. Komponen aroma tersebut merupakan senyawa yang mudah menguap. Persenyawaan tersebut akan menghasilkan bau amonia, asam, busuk, gurih, dan bau khas lainnya.Hayo yang suka sambel terasi, disimak…disimak…!!! Mendengar nama terasi tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Mayoritas orang Indonesia juga merupakan penikmat terasi. Terasi sendiri merupakan bumbu masak yang dibuat dari ikan dan/atau udang rebon yang difermentasikan, berbentuk seperti adonan atau pasta dan berwarna hitam-coklat, kadang ditambah dengan bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan. Terasi merupakan bumbu penting dikawasan asia tenggara dan china selatan. Terasi memiliki bau yang tajam dan biasanya digunakan untuk membuat aneka masakan seperti sambal terasi, cah kangkung, nasi goreng Jawa juga ditemukan dalam berbagai resep tradisional Indonesia.
Terasi yang banyak diperdagangkan dipasar, secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan bahan bakunya, yaitu terasi udang , terasi ikan dan terasi campuran. Terasi udang biasanya memiliki warna cokelat kemerahan, sedangkan terasi ikan berwarna kehitaman dan terasi udang umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan terasi ikan. SEJARAH TERASI DI INDONESIA
Konon, ada seorang bernama Cakrabumi yang tinggal di suatu daerah pesisir mempunyai kebiasaan menangkap ikan dan udang rebon setiap malam hari, ia menangkapnya menggunakan jala, alat penangkap ikan dan perahu kecil. Kemudian penguasa wilayah tersebut, Rajagaluh memberlakukan pajak dalam setahun ia harus menyetor sebanyak satu pikul tumbukan rebon yang sudah halus dan berbentuk gelondongan karena sang Prabu begitu terasih (menyukai) dan ingin tahu bagaimana membuat makanan tersebut. Cakrabumipun menyanggupi permintaan tersebut dan ia juga menjelaskan bagaimana proses pembuatan makanan tersebut kepada utusan sang Prabu. “Adapun menangkapnya dengan jala tiap malam, diambilnya pagi-pagi. Rebon lalu diuyahi (digarami) lalu diperas, dijemur, setelah kering lalu ditumbuk digelondongi”, demikian penjelasan Cakrabumi kepada utusan tersebut. Pada kala itu Ki Mantri Pepitu (utusan Rajagaluh) mengumumkan kepada warga pemukiman baru itu bahwa tempat yang mereka tinggali diberi nama Dukuh Cirebon olehnya. Saat itu (tahun 1447 M) jumlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut berjumlah 346 orang.
Kata terasi diambil dari kata terasih, karena kala waktu itu Prabu Rajagaluh sangat terasih (menyukai) bubukan rebon yang sudah halus gelondongan. Makannya sejak saat itu bubukan rebon itu dinamakan terasi (sumber).
Sumber lainnya mengatakan seperti dibawah ini :
Dennys Lombard (1996) dalam bukunya "Jaringan Asia" menyebutkan satu piagam di tahun 1387 yang dikeluarkan oleh penguasa (Lasem), berhubungan dengan pendirian "lungguh" disuatu tempat yang disebut Karang Bogem (Karang berbentuk kotak) ditepi laut. Tanah tersebut mencakup satu jung sawah, dan tambak-tambak ikannya dipakai untuk membuat terasi. [Lombard , p34].
Dalam catatan kaki di sumber yang sama, De Haan mengutip tanpa rujukan dalam "Priangan" jilid I halaman 20-22 mengenai sebuah tanah milik raja yang kecil di Pamotan yang tugasnya membuat terasi untuk keraton. Dalam teks prasasti terasi ditulis sebagai acan. Dalam bentuknya yang sekarang bisa ditemukan kembali dalam kata "blacan" yang artinya juga terasi.
Dalam "Sejarah nasional Indonesia" karya Marwati dan Nugroho Notosusanto mengutip buku Jeroen Touwen yang menyebutkan bahwa pada saat orang Tionghua mulai banyak mendiami kawasan Sumatera seperti Medan di awal abad 20, terdapat usaha perikanan yang menghasilkan ikan dan terasi. Hasil itu dikirim ke pulau Jawa dan tempat lainnya. Selain itu pembuatan terasi di Pulau Jawa umumnya menggunakan bibit terasi yang berasal dari daerah Bagansiapi-api. Bagan Siapiapi mengirim komoditas ikan dan terasi ke pulau Jawa dan Madura. Angkanya jauh lebih besar daripada impor yang berasal dari Indo-China dan Thailand. Dalam "Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia" di halaman 52, tabel 3.7 terlihat jelas pada periode 1928-1931, Bagan Siapiapi mengirim sekitar 14.5-16 ribu metrik ton ke Jawa-Madura dibandingkan dengan impor dari luar negri yang hanya berkisar 1-3 ribu metrik ton.
Pembuatan terasi menggunakan bibit-bibit terasi dan campuran bahan baku tertentu. Kemudian diproses dengan digiling, dijemur, dikemas kemudian dipasarkan. Campuran tersebut digiling, dihancurkan, dicetak, dijemur, dibungkus, lalu dipasarkan. Kadang-kadang ditambah rempah-rempah atau bumbu untuk menambah cita rasa produk yang dihasilkan.
Yap, ternyata sejarah terasi di Indonesia sangat banyak ya dan memperlihatkan bahwa orang Indonesia memang pada umumnya adalah penyuka terasi. Di Provinsi yang saya tinggali saat ini (Jawa Timur) juga menghasilkan terasi di beberapa daerah seperti Tuban dan Jember. Bahkan di Kabupaten Jember, tepatnya di Kecamatan Puger konon adalah penghasil terasi ternikmat dan terbesar di Indonesia yang terkenal dengan sebutan “Terasi Puger”.
Saya pribadi adalah seorang penikmat terasi dan oleh karenanya saya juga sering menikmati berbagai macam jenis terasi dari berbagai daerah dan produsen hingga akhirnya bisa saya katakan bahwa terasi Pugerlah yang ternikmat (pendapat pribadi, bisa berbeda dengan orang lain). Awal menemukan cita rasa terasi nan luar biasa ini bermula dari seorang rekan kerja saya. Ia memperhatikan saya di setiap kesempatan berbelanja, saya hampir selalu memasukkan terasi ke dalam keranjang belanja saya, akhirnya ia pun menawarkan pada saya untuk mencicipi terasi Puger. Saya pun bertanya-tanya apa beda terasi ini dengan produk sejenisnya. Well, sebagai penikmat terasi saya pun penasaran untuk menggoyangkan lidah menyelami lezatnya sambel dengan terasi Puger dan segera mencari tahu kenapa ia berharga lebih mahal dari pada terasi pada umumnya. Yap, sekedar info saja jenis terasi ini memang lebih mahal harganya daripada jenis terasi lain di pasaran. Harganya juga bervariasi mulai dari Rp. 60.000 /Kg hingga ratusan ribu untuk kualitas utama.
Eits, tapi jangan khawatir karena beberapa produsen terasi Puger sudah mengemas produk ini dengan berat yang bervariasi sehingga dapat disesuaikan dengan budget yang ada. Terdapat kemasan terasi Puger mulai dari 50 gram, 100, gram, 200 gram hingga 1000 gram yang tersebar di pasaran.
Puger adalah salah satu kecamatan di kabupaten Jember, kecamatan ini cukup terkenal dengan pantai, nelayan dan karakter masyarakat yang khas. Desa Puger Kulon adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Desa Puger Kulon merupakan salah satu daerah yang sebagian besar masyarakatnya memproduksi terasi yaitu terasi Puger yang dikenal karena aroma rasanya yang khas, enak, gurih dan diolah secara tradisional tanpa bahan pengawet. Pembuatan terasi masih tradisional sehingga cita rasa masih terjaga dan kualitas bahan baku terjaga. Konon terasi Puger ini dengan kualitas tinggi dan harumnya telah terkenal hingga ke Belanda, hebat khand

Komentar