tambak bandeng dan tambak udang biasanya berada di wilayah

 

tambak bandeng dan tambak udang biasanya berada di wilayah

zasminnesia.com - tambak udang dan tambak ikan bandeng biasanya terletak dan berlokasih di dekat pesisir laut atau yang terjangkau oleh air laut.
ikan bandeng dan udang windu atau panami mayoritas menggunakan air laut, karena ituh pmbudidaya ikan bandeng dan udang memilih lokasi yang dekat laut maksimal jangauan yang bisa di jangkau air laut, lebih dekat dengan laut lebih bagus karena lebih dekat akan bengasilkan air laut yng masih bagus dan murni, di bandingkan dengan lokasih yang lumayan jauh, pasti air laut udah berubah kejernianya bisajadi udah tercemar.

di dalam budidaya udang maupun ikan bandeng,80% yang di area pinggir laut bayang yang sukses, sedangkan kalo lokasi terlalu jauh dari laut 50% keberasilanya.
tetapi ada resiko memilih lokasi yang dekat laut, resikonya iyalah kalo air laut pasang, ngga sedikit tambak yang terkena air laut pasang dan tenggelam terkenaair laut pasang.

tetapi lokasih yang dekat laut ada keuntungannya, termasuk pengasilan tambahan,ada udang dn ikan alam yang masuk alami.
sedangka di lokasi yang jauh darilaut, bisa dibilang tidak ada pngasilan tambahan.
jadi kalo memilih lokasih yang bagus ialah yang dekat laut.

Usaha budidaya air payau di tambak berkembang sedemikian pesat dalam tiga dekade terakhir dengan memberikan konstribusi terhadap produksi perikanan di pasar internasional cukup tinggi. Namun dari sekian negara yang memproduksi ikan/udang tersebut masih banyak para produsen yang masih kurang memeperhatikan kepada usaha budidaya berawawasan lingkungan dan keamanan pangan (food safety). Terkait dengan isu perusakan lingkungan dan ikan/udang hasil budidaya terdeteksi banyak mengandung residu beberapa jenis antibiotik yang melebihi batas ambang menjadikan permasalahan yang cukup merisaukan negara konsumen, terutama negara-negara maju seperti Uni Eropa, AS dan Jepang. Sebagai contoh kasus penolakan udang Indonesia sejak tahun 2006 – 2007 oleh negara Jepara sebanyak 23 kontainer dengan alasan mengandung residu antibiotik dan bakteri yang membahayakan manusia.

Beberapa negara berkembang seperti Taiwan, Indonesia, Thailand, Ekuador, Meksiko, India, Filipina, Republik Rakyat China dan Vietnam merupakan pelaku dan pelopor dalam perkembangan budidaya air payau di dunia. Walaupun bisnis ini telah memberikan banyak keuntungan dan manfaat yang signifikan, ternyata keberadaannya seringkali berkaitan dengan isu perusakan lingkungan, konflik kepentingan, isu penggunaan obat-oabatan, dan faktor sosial yang melibatkan berbagai unsur masyarakat (multi-sektoral). Dengan sederet masalah yang menyertai budidaya ikan/udang, pada akhirnya yang menyangsikan keberlanjutan usaha ini. Dalam beberapa tahun terakhir, insiden wabah penyakit pada beberapa komoditas air payau yang tidak kunjung selesai dengan tuntas, semakin memunculkan pertanyaan akan berlansungnya bisnis produksi ikan/udang di tambak. Dari sudut konservasi sumber daya alam, pembukaan lahan mangrove untuk budidaya ikan/udang pola ektensif (tradisional) dan semi-intensif telah membawa dampak hilangnya habitat alami benih ikan dan udang akibat alih fungsi (konversi) menjadi lahan-lahan tambak (Murdjani, dkk. 2005).

Lesunya aktivitas dan usaha budidaya udang windu pada saat sekarang akibat menurunnya daya dukung lahan, menurunnya kualitas lingkungan dan sering terjadinya serangan penyakit (bercak putih---WSSV---SEMBV). Para petambak banyak yang mengalami kegagalan panen secara optimal (panen premateur) akibat serangan penyakit secara massal dan cepat pada umur 1-2 bulan, dan akhirnya para petambak mengalami kerugian materi yang tidak sedikit. Secara umum lahan tambak yang masih aktif beropersional dan beproduksi pada saat sekarang berkisar antara 20-30 %. Dengan kondisi usaha budidaya udang seperti ini, banyak para petambak yang sementara waktu meninggalkan lahan tambaknya untuk tidak dioperasionalkan. Dan pada akhirnya lahan-lahan yang berpotensi untuk kegiatan budidaya perairan di wilayah pesisir banyak yang tidak termanfaatkan secara optimal.

Melihat kenyataan pada kondisi lahan di wilayah pesisir (air payau dengan mikroklimat pantai) yang tidak termanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas tersebut, maka tidak dapat disangkal lagi bahwa potensi untuk dikembangan dengan cara dan teknik pengelolaan dan pengembangan untuk kegiatan usaha budidaya air payau sesuai dengan keragaman hayati dan daya dukung lahan sangatlah besar. Namun perlu diketahui pula bahwa potensi untuk komoditas spesifik pada budidaya air payau yang akan dikembangkan dimasa datang berpeluang sangat besar. Pengembangan komoditas yang strategis dan cukup ekonomis untuk dibudidayakan di wilayah pesisir pada saat sekarang adalah sebagai berikut : 1) budidaya udang (windu, vaname, rostris dan udang putih lokal) rajungan di tambak; 2) budidaya ikan bandeng; 3) budidaya rumput laut; 4) budidaya artemia; 5) budidaya kepiting; 6) budidaya kerang hijau; dan 7) budidaya komoditas lainnya.

Tendensi Permintaan Pasar Internsional
Permintaan pasar internasional pada saat ini dan adanya kasus penolakan udang Indonesia oleh beberapa negara importir atas ditemukannya residu antibiotik dan mengandung bakteri berbahaya pada tubuh udang, maka kegiatan budidaya udang dituntut untuk menerapkan cara budidaya yang baik (GAP --- Good Aquaculture Practaces). Penerapan GAP dan sistem mutu (HCCP--- Hazard Analysis Critical Control Point) ini lebih menekankan kepada hasil produksi yang berkualitas dan keamanan pangan (food safety). Permintaan pasar seperti ini lebih menekankan kepada perlindungan terhadap keamanan pangan bagi kensumennya (aman dikonsumsi manusia).

Terkait dengan hal tersebut, bahwa udang hasil budidaya dituntut untuk lebih aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Pada saat sekarang, ada beberapa lembaga konsumen internasional menghendaki produksi udang yang dihasilkan dari tambak dipelihara secara organik (organic aquaculture). Latar belakang budidaya sistem organik ini adalah budidaya yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Ada tiga komponen utama dalam budidaya udang organik antara lain, benih dan pakan yang dihasilkan secara organik, serta menerapkan bioremidiasi dalam pengelolaan lingkungan budidaya artinya tidak menggunakan bahan sintetis.

Alternatif untuk meningkatkan produkstivitas ikan/udang nasional yang berwawasan lingkungan dan aman dikonsumsi serta diterima oleh pasar intensional adalah dengan cara budidaya ikan yang baik (CBIB). Tingkatan teknologi budidaya yang diterapkan tidak menjadi ukuran dalam menghasilkan ikan/udang untuk diterima di pasar internsional. Dalm proses peningkatan produksi tambak ini akan dilihat dari cara penerapan budidaya yang baik dan benar. Dengan potensi luas lahan tambak di Indonesia, peluang untuk meningkatkan produksi udang nasional sangat memungkin, apabila didukung oleh cara budidaya udang yang baik (GAP—>HACCP), penguatan modal, pembangunan infrastruktur dan pendampingan teknologi yang tepat. Persyaratan teknis seperti pemilihan dan penempatan lokasi kegiatan budidaya air payau harus disesuaikan dengan peruntukannya serta menjaga ekosistem secara lestari. Sehingga dengan penerapan teknologi budidaya ikan/udang yang baik ini dapat berproduksi secara optimal, berkelanjutan dan aman dikonsumsi.

Strategi Musim Tanam
Permintaan pasar internasional terhadap komoditas hasil usaha perikanan budidaya di tambak terutama jenis udang dari tahun ke tahun terus meningkat. Secara nasional komoditas ini merupakan program Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya untuk mensukseskan INBUDKAN (Revitalisasi Komoditas Budidaya Air Payau) dan untuk menunjang program ini diperlukan : 1) terobosan inovasi teknologi yang terus berkembang (inovasi baru) sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan; 2) penerapkan kaidah, aturan dan teknik budidaya udang yang tepat dan benar; 3) dukungan semua pihak terkait; dan 4) strategi musim tanam yang tepat sesuai kondisi musim di Indonesia.

Strategi musim tanam yang tepat dalam usaha komoditas budidaya di tambak, khususnya ikan/udang merupakan salah satu keberhasilan dalam produksi sampai mencapai tingkat yang optimal. Kegagalan panen (panen premateur) tersebut, selain akibat serangan penyakit yang bersifat massal dan mematikan disebabkan pula para petambak salah dalam memilih waktu tanam yang tepat.

Periode musim dalam satu tahun di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Dimana periode musim penghujan berkisar antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, sedangkan periode musim kemarau berkisar antara bulan April sampai dengan bulan September. Kaitannya dengan musim tanam ini, khususnya usaha budidaya udang diperlukan kecermatan untuk memprediksi peluang keberhasilan yang maksimal. Dalam memprediksi musim tersebut, banyak yang harus dipertimbangkan dalam hal faktor-faktor yang bersifat menguntungkan dan merugikan dalam proses produksi budidaya air payau di tambak.

Informasi ini diharapkan akan memberi gambaran secara umum tentang musim tanam yang tepat untuk kegiatan usaha komoditas budidaya di tambak dan yang terpenting disesuikan pula dengan kondisi daya dukung lahan, terutama untuk usaha beberapa jenis proses pembesaran udang di tambak.

Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pengembangan budidaya air payau ini adalah sebagai berikut :meningkatkan produksi komoditas budidaya air payau secara optimal sesuai dengan kondisi teknis dan daya dukung lahan (carrying capacity)
memanfaatkan komoditas ekenomis pada lahan air payau secara berkelanjutan (sustainable)
untuk mendapatkan produksi dari budidaya air payau yang aman dikonsumsi (food safety)
membantu petambak agar mampu memprediksi musim tanam yang tepat dan mengetahui daya dukung sesuai dengan keadaan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan usaha budidaya tambak

Komentar